HomeOutlookEducation & IssuesAMARAH RSI MUCUKUNDA PADA RAKSASA KALAYAWANA : Jangan Melangkah dalam Gelap

AMARAH RSI MUCUKUNDA PADA RAKSASA KALAYAWANA : Jangan Melangkah dalam Gelap

MTC MEDIA – Blitar. Adegan awal relief cerita “Kresna- yana” yang dipahatkan di teras II candi Induk Penataran memuat gambaran mengenai amarah Rsi Mucukunda terhadap Kalayawana. Rsi Mucukunda (मुचुकुण्ड;) adalah seorang raja dari dinasti Surya, putra dari Mandata, dan disebut sebagai “Raja Para Manusia”. Mucukunda merupakan leluhur dari Hariscandra, Dilipa, Raghu dan Rama seperti yang terkisahkan di dalam kitab wiracarita Ramayana. Berkat jasa Mucukunda dalam membantu para dewa, maka Dewa Indra memberinya anugerah (waranugraha) berupa : tidur lelap dalam jangka waktu amat panjang. Siapa pun yang mengusik tidurnya, maka ia akan terbakar jadi abu.

Relief Kresnayana di Candi Induk Penataran, “Raja yang Tidur” (Foto: MTCMedia/Dwi Cahyono)

 

Mucukunda juga hadir dalam kitab wiracarita Mahabharata di bagian Santiparwa dan Bhagawatapurana sebagai orang yang oleh Sri Kresna dimanfaatkan untuk menghadapi raksasa Kalayawana yang sakti. Kalayawana (काालयावन) merupakan asura/raksasa, putra dari brahmana Gangia, yang diangkat menjadi raja para Yawana. Dalam kitab purana Bhsgawata dikisahkan bahwa asura Kalayawana merupakan salah satu musuh dari Kresna, yang kerapkali menggempur kediaman Kresna di Mathura.

Relief Kresnayana di Candi Induk Penataran, “Raja yang Terbangun Marah” (Foto: MTCMedia/Dwi Cahyono)

Kalayawana tewas terbakar oleh api kemarahan Mucukunda. Pada relief Kresnayana di candi induk Penataran digambarkan : ketika Kresna berlari dari kejaran Kalayawana dan tentaranya, sengaja Ia memancing para pengejar untuk masuk ke dalam goa dimana Rsi Mucukunda tidur. Dengan keburu nafsu Kalayawana memasuki goa yang dalam kondisi setengah gelap. Tanpa disadari kakinya menginjak tubuh sang Rsi yang tengah tertidur. Mendapat injakan kaki makhluk raksasa, marahlah Mucukunda. Terpancar api dari sorot matanya ke arah Kalayawana. Terbakarlah tubuhnya hingga lumat menjadi abu.

Relief Kresnayana di Candi Induk Penataran, “Kalayawana yang Terbakar” (Foto: MTCMedia/Dwi Cahyono)

Adegan yang demikian juga kedapatan pada relief “Kresnayana” di tubuh candi Jago, yang sayang sebagian rompal. Kisah ini membawa pesan bijak bahwa : orang yang keburu nafsu cenderung bertindak gegabah. Padahal, orang musti berhati-hati dalam melangkah. terlebih bila melangkah dalam gelap. Terkait itu, ada mutiara kata peringatkan “jangan melangkah dalam gelap, bisa mendapat celaka”. Nuwun

Griyajar CITRALEKHA, 25 Feb 2024

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like