By: M. Dwi Cahyono
Lirik Lagu “Selamat Hari Lebaran” (Gigi, 2006)
(Diadaptasi dari lagu “Hari Lebaran” oleh Ismail Marzuki, 1950-an)
Selamat hari lebaran
Minal aidin wal faizin (3X)
Mari bersalam-salaman
Saling bermaaf-maafanIkhlaskanlah dirimu
Sucikanlah hatimu
Sebulan berpuasa
Jalankan perintah agamaMari mengucapkan syukur
Kehadirat Ilahi
Kita berkumpul semua
Bersama sanak saudara
Tak lupa kawan semua
Jumpa di hari bahagia
A. Asal Kata “Lebaran” dan Ragam Maknanya
Sebutan untuk perayaan Hari Raya Idulfitri memiliki beragam istilah dalam berbagai bahasa. Ada yang berasal dari bahasa Arab, seperti ‘Idul Fitri, Eid Mubarak, atau Syawalan (mengacu pada bulan Syawal). Secara etimologis, Idulfitri berasal dari bahasa Arab ‘īd (عِيْدٌ) yang berarti “perayaan”—berasal dari kata āda (عَادَ) yang berarti “kembali” atau “mengunjungi”. Sementara itu, al-fiṭr (اَلْفِطْرُ) berarti “buka puasa”—berasal dari kata faṭara (فَطَرَ) yang berarti “menciptakan”, “memeragi”, atau “membatalkan puasa”.
Selain istilah dalam bahasa Arab, terdapat pula istilah dari bahasa daerah, seperti rioyo, riadin, riadi, ariadi, bodo, dan lebaran dalam bahasa Jawa. Pemilihan kata ini tentunya memiliki pertimbangan, baik dari segi makna maupun konteks perayaannya. Salah satu istilah yang umum digunakan adalah “lebaran”, yang dikenal dalam bahasa Jawa, Melayu, dan Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002), lebaran berarti:
Hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
Sebagai kata jadian, lebaran berasal dari kata dasar lebar. Dalam bahasa Jawa Kuno dan Jawa Tengahan, lebar berarti meninggalkan, mundur, atau lenyap (Zoetmulder, 1995: 581). Sementara dalam bahasa Jawa Baru, maknanya berkembang menjadi usai, berhenti, setelah, atau luas.
Menurut M.A. Salamun dalam artikelnya di Majalah Sunda (1954), istilah lebar—yang berarti “selesai” atau “habis”—dahulu digunakan dalam konteks ritual upawasa (puasa) dalam tradisi Hindu-Buddha. Maka, “lebaran upawasa” merujuk pada perayaan setelah berakhirnya ritual puasa. Jika benar demikian, tradisi lebaran sudah ada di Nusantara sejak sebelum Islam berkembang, dan ketika Islam masuk, istilah ini tetap digunakan untuk merayakan berakhirnya ibadah puasa Ramadan.
Dalam bahasa daerah lain, kata yang mirip dengan lebar juga ditemukan:
- Betawi → lebar berarti “luas”, mencerminkan kelapangan hati setelah puasa.
- Sunda → lebar berarti “melimpah”, melambangkan keberkahan.
- Madura → lober berarti “tuntas”, menunjuk pada kesempurnaan ibadah puasa.
B. Makna “Lebaran” dalam Konteks Sosio-Religius
Dari uraian di atas, lebaran bukan sekadar perayaan, melainkan bagian dari proses ritual. Lebaran hanya memiliki makna bagi mereka yang telah menjalankan ibadah puasa selama Ramadan. Jika seseorang tidak berpuasa, maka pertanyaannya: apa yang sebenarnya dirayakan dalam lebaran tersebut?
Namun, bagi mereka yang tidak berpuasa, lebaran tetap memiliki makna sebagai momen kegembiraan dan perayaan. Oleh karena itu, istilah “Hari Raya” (rioyo, riayan, riadi, atau riadin) lebih sesuai bagi mereka yang tidak menjalankan puasa Ramadan.
Jika dikaitkan dengan makna lebar sebagai keluasan, maka lebaran dapat dimaknai sebagai keluasan dalam memberi dan menerima maaf. Jika dikaitkan dengan makna lober dalam bahasa Madura, lebaran juga dapat berarti melimpahnya berkah, baik dari Allah maupun dari sesama melalui zakat fitrah dan sedekah.
Apa pun maknanya, lebaran adalah momen penting dalam budaya Nusantara.
C. Refleksi “Hari Lebaran”
Sebutan “lebaran” tidak hanya digunakan oleh masyarakat Jawa, tetapi juga dalam bahasa Indonesia dan Melayu. Warga Muslim di Malaysia dan Brunei juga menggunakan istilah ini.
Makna lebaran mencerminkan proses spiritual: dimulai dengan puasa dan diakhiri dengan perayaan. Sebagai bagian dari tradisi budaya, lebaran telah mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat Nusantara. Namun, kini penggunaannya mulai berkurang dan tergantikan oleh istilah seperti “Idulfitri”, “Hari Raya”, atau “Eid Mubarak”.
Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan tentang sejarah dan makna lebaran dalam budaya Nusantara.
Selamat Hari Lebaran!
Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.