MTC MEDIA – Tulungagung. Dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, budaya Panji Nusantara perlihatkan “proses transformasi”. Tidak hanya berhenti pada suatu produk seni, melainkan mengalami proses kreatif, antara lain bertransformasi secara bergilir dari suatu wahana seni ke wahana seni lainnya. Rantai transformatif itu bergulir dari susastra lisan (oral) ke susastra literal (tulis), kemudian menjadi susastra visual, lentas dihadirkan dalam bentuk susastra lakin (performal), dan produk-produk turunan lainnya.
Ada salah satu jejak transformasi cerita Panji, yang menggambarkan mengenai “alih wahana”, yakni dari susastra Panji literal (susastra tulis, yang berupa teks kidung) menjadi susastra Panji visual (dalam wujud relief candi). Relief cerita terpahatkab di batur Candi Mirigambar pada sub-area selatan Tulungagung menjadi pembukti tentang visualisasi cerita Panji pada era Majapahit (abad XIV Masehi). Serupa itu tergambar pada relief cerita “Panji Sekarang” yang terpahatkan di situs Gambyok, serta relief sejumlah Panji di Pendapa teras II Candi Penataran, maupun crekuef cerita Panji di punden berundak Kendalisada.
Ke depan, perlu ditransformasikan lagi dari susastra visual (relief candi) menjadi susastra performal dalam bentuk lakon “Panji Wasengsari” pada seni pertunjukan (performing art). Saya anat berharap teman-teman Disparbud Tulungagung benar-benar jadi untuk pentaskan “Panji Wasengsari” yang terpahat pada candi Mirigambar, salah sebuah aset kultural Kabupaten Tulungagung, pada dalam muhibah seni daerah pada TMII (Taman Mini Indonesia Indah) di Jakarta.
Semoga kelak hasil olah kreasi seni pertunjukan ini bakal menjadi “ikon Panji” dari daerah Tulungagung, guna melengkapi khasanah ikonik Panji dari daerah-daerah lainnya di provinsi Jawa Timur, seperti Kediri, Blitar, Malang, Jombang, Situbondo, Sumenep, dsb. Terlebih lagi, relief cerita Panji berkisah “Wasengsari” ini sejauh telah diketemukan adalah satu-satunya yang ada di Nusantara. Nuwun.
CITRALEKHA, TA 27 Maret 2024