HomeOutlookEducation & IssuesSinkronisasi dan Aktualisasi Pengembangan Desa Wisata Cerdas (Smart Village Tourism) dan Jaringan Desa ASEAN (ASEAN Village Network)

Sinkronisasi dan Aktualisasi Pengembangan Desa Wisata Cerdas (Smart Village Tourism) dan Jaringan Desa ASEAN (ASEAN Village Network)

MTC MEDIA Malang. Pada hari Minggu, 10 Maret 2024, MTC Media menggelar acara rembug wisata bertajuk sinkronisasi dan aktualisasi Keputusan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor KM/107/KD.03/2021 Tentang Panduan Pengembangan Desa Kreatif menuju Desa Wisata Cerdas (Smart Village Tourism).

Forum Rembug Wisata ini dilakukan secara offline dan oline, dan diikuti oleh seluruh tim MTC Media, antara lain Asoc. Prof. Soeparto selaku Advisor, Sugiyanto selaku Director , S. Pantja Putra selaku Chief Editor, Eko Supriyanto selaku Chief Marketing, Widhi Pitoyo selaku Chief IT, Dwi Cahyono selaku budayawan dan Chief Research & Development, Abdul Husein (Vino) selaku chief Creative, Ery
Soehaery selaku Chief Management dan Link Coordinator (LinkCo) Kalimantan Timur, Tejo Sugiharto selaku Chief Bussiness Development dan LinkCo Kalimantan Selatan, Yogi Raditia selaku LinkCo Jawa Barat, Nurjanah selaku LinkCo Bali, Sonhaji Said selaku Humas, dan semua Journalist juga tak ketinggalan untuk hadir di sekretariat MTC Media.

Pada Forum tersebut, Sugiyanto mengawali pembicaraan dengan menyampaikan Visi dan Misi MTC Media bahwa MTC Media dirancang untuk menjadi media digital perjalanan wisata terkemuka untuk menghubungkan travel provider dengan traveler (linking travel provider and traveler together).

Sugiyanto juga menyampaikan bahwa prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan. Dasar pemikiran yang harus diterapkan adalah dimulai dari sini dengan apa yang kita miliki, dan tidak pernah merasa puas (start from here with what we have, and never be satisfied). Beberapa prinsip-prinsip pengelolaannya antara lain adalah sebagai berikut:

  1. mengembangkan kegiatan wisata harus mengembangkan infrastuktur, pasokan air, listrik, saluran pembuangan limbah / sampah, dan jalur komunikasi.
  2. menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria (3A) yang mendasarinya antara lain: Accessibility, Atraction, dan Amenities.
  3. menerapkan konsep hexahelic yang meliputi akademis, masyarakat, pemerintah, pebisnis, hokum, dan media.

Dalam forum ini, Asoc. Prof. Soeparto, selaku Dewan Pembina MTC Media dan sekaligus Tenaga Ahli Menko Pembangunan Manusia dan kebudayaan (PMK) menegaskan bahwa menyikapi masa depan wilayah pedesaan, pemilihan desa wisata sebagai pilot project yang harus
mempertimbangkan bahwa desa tersebut memiliki karakter yang unik dan juga harus memiliki nilai pembeda. Untuk mewujudkan Desa Wisata Pintar, beberapa kementerian terkait telah menjalin komunikasi, koordinasi dan kolaborasi, antara lain Kementerian Luar Negeri, Kemenko PMK, Kementerian Desa, Pembangunan Derah Tertinggal dan Transmigrasi RI untuk menyongsong ASEAN Village Network (AVN) atau Jaringan Desa ASEAN.

Sejumlah desa wisata di Indonesia berhasil meraih penghargaan dari Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNWTO. Salah satunya Desa Wisata Penglipuran yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan standar pengembangan desa wisata
pintar. Keelokan dan kebersihan Desa Penglipuran, Provinsi Bali, diapresiasi oleh dunia. Desa Wisata Penglipuran merupakan salah satu dari desa wisata yang meraih penghargaan dari Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNWTO (United National World Tourism Organization). Kampung tersebut terpilih menjadi salah satu dari 54 UNWTO Best Tourism Villages 2023.

Desa Panglipuran- Bali, ssalah satu Desa Wisata penerima Penghargaan dari PBB – UNWTO Award. Foto: tunashijau.id

AVN diinisiasi oleh ASEAN Senior Officials Meeting on Rural Development and Poverty Alleviation (SOMRDPE) Indonesia yang diampu oleh Kemendes PDTT dan diresmikan dalam Joint Leaders Statement on the Establishment of the ASEAN Village Network pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 bulan Mei 2023.

Lebih lanjut, Soeparto mengemukakan bahwa ASEAN Village Network (AVN) atau jaringan desa ASEAN merupakan platform kolaborasi dalam memajukan pembangunan pedesaan dan pemberantasan kemiskinan di kawasan ASEAN, yang memungkinkan desa-desa di negara-negara anggota ASEAN untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya mengenai solusi berkelanjutan dalam menanggapi tantangan pembangunan pedesaan, termasuk upaya untuk mendorong transformasi dan inovasi digital di bidang pembangunan pedesaan.

Diharapkan praktik baik AVN ini dapat mendorong pengembangan komunitas pedesaan yang inovatif, berkelanjutan, progresif, dan mandiri, sehingga akan terwujud masyarakat ASEAN yang peduli, responsif gender, dan inklusif. AVN ASEAN juga akan berkontribusi dalam meningkatkan saling pengertian antar budaya, mendorong partisipasi perempuan dan kelompok rentan lainnya, serta memperkuat identitas ASEAN. AVN memfokuskan 3 hal yaitu desa wisata, desa digital dan desa OVOP (One Village One Product).

“Dalam pengembangan Desa Wisata, prinsip utama dalam pengembangan produk desa wisata adalah memperhatikan keaslian; komunitas lokal; keterlibatan masyarakat; sikap dan nilai, dan; Konservasi dan daya dukung,” tegas Soeparto.

Lebih lanjut, dosen Bahasa Inggris UMM ini juga menekankan perlunya menguatkan desa sebagai Desa Wisata Pintar (Smart Village Tourism). Peran masyarakat, pemerintah, akademisi dan media sangat vital untuk menuju smart village.

Diharapkan MTC Media mampu memberikan kontribusi nyata untuk menyalurkan potensi-potensi desa dan kearifan lokalnya melalui jaringan yang lebih luas dalam pengembangan Desa Wisata Pintar tersebut. Artinya, prioritas utamanya adalah bagaimana unsur dan produk lokal ini mampu menembus ke skala global.

Tim MTCMedia di Malang menyimak forum zoom online dengan seksama. Foto: MTCMedia/Rafi

Menyikapi apa yang disampaikan oleh Assoc. Prof. Soparto Chief Editor MTC Media, S. Pantja Putra menjelaskan bahwa peranan media juga sangat vital untuk menghubungkan destinasi wisata ke masyarakat yang lebih luas. Sebagai bagian akademisi, Pantja, sapaan akrabnya, juga menyambut positif terhadap forum rembug wisata ini sebagai sarana untuk mengkaji bersama-sama mengenai persoalan-persoalan yang muncul dalam pengembangan desa wisata pintar. MTC Media akan berupaya maksimal untuk menyalurkan unggulan-unggulan desa wisata yang ada di wilayah Indonesia ke seluruh penjuru masyarakat dan wisatawan global.

Hadir pula dalam Rembug Wisata tersebut, Dwi Cahyono, Seorang pakar sejarah dan Budayawan juga turut menanggapi persoalan desa wisata. Ada kelatahan pemerintah dalam mencanangkan program desa wisata tanpa mempertimbangkan unsur-unsur dan prinsip pengembangan desa wisata, yang antara lain harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat,
  2. menguntungkan masyarakat setempat,
  3. berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat,
  4. melibatkan masyarakat setempat,
  5. menghadirkan tradisi dan nilai-nilaibudaya asliyang dimiliki desa setempat, serta nilai-nilai folkloric misalnya arsitektur, kerajinan tangan, kostum/pakaian adat, museum etnografi, tradisi dan adat folklor yang representatif.
Baju adat Dayak di Kalimantan. Foto: berita.99.co

Ery Soehaery, selaku putra daerah Kalimantan Timur, juga angkat bicara untuk menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh Dwi Cahyono. Ery merasa sangat terpanggil dan sangat mendukung pengembangan smart village tourism yang digulirkan oleh pemerintah saat ini di Wilayah Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur. Sekarang ini Ery Soehaery beserta tim kerjanya sedang mengembangkan
ecotourism berbasis wisata alam (natural tourism) dan wisata budaya (cultural tourism) di daerah sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN). Upaya ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, melestarikan budaya asli daerah, sekaligus sebagai wahana edukasi terhadap nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, khususnya untuk generasi muda. Dalam pengembangan wisata ini, diperlukan dukungan dan kolaborasi dari seluruh komponen terkait, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia harus dilakukan secara maksimal dan bijaksana, tandasnya.

Dalam perbincangan ini, Tejo Sugiharto, Chief Business Development MTC Media menambahkan bahwa untuk mencapai upaya tersebut, para pengusaha (investor) harus terlibat dalam pengembangan desa wisata. Hal ini dimaksudkan supaya kualitas pengembangan dan pelayanan kepada konsumen baik wisatawan domestik maupun mancanegara dapat terjamin. Standar kualitas produk dan pelayanan menjadi faktor penting dalam pengembangan sebuah destinasi wisata berkelanjutan, tandas Direktur Operasional PT. Raja Baja Abadi dan Senior Business Development Manager PT . Tapin Persada Group ini.

Dalam forum Rembug Wisata ini, Sonhaji Said selaku Humas yang saat ini sedang berada di Arab Saudi membina jamaah umroh juga berkomentar melalui zoom online bahwa Sonhaji siap menjadi duta untuk mempromosikan program ini ke kawasan Timur Tengah, khususnya Emirat Arab untuk mengunjungi destinasi desa wisata yang sudah siap untuk memberikan pelayanan yang prima. Di akhir pembicaraannya, Sonhaji tak lupa memimpin doa dari Kota Mekah Al-Mukaromah demi suksesnya kegiatan ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like