HomeOutlookEducation & IssuesKeberagaman dan Harmoni di Kampung Bali di Banyuwangi
Banyuwangi

Keberagaman dan Harmoni di Kampung Bali di Banyuwangi

MTC MEDIA – Banyuwangi. Pada tahun 1950-an, sejumlah warga Bali memutuskan untuk bermukim di Banyuwangi karena tradisi keselong atau pengasingan akibat perkawinan lintas kasta. Menurut penuturan seorang warga, tradisi ini berawal dari ketidaksesuaian kasta dalam perkawinan, yang kemudian mengakibatkan pengasingan dan migrasi ke Banyuwangi. Di sana, mereka mendirikan kampung Bali di tengah Kota Banyuwangi, seperti Dusun Patoman Tengah, Desa Patoman.

Dalam upaya mempertahankan identitas dan tradisi leluhur, warga Bali di Dusun Patoman Tengah membangun kampung dengan pola yang sama seperti di Pulau Dewata, Bali. Mereka mendirikan tempat-tempat suci seperti Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalam. Berbagai upacara adat, termasuk Ngaben setiap 4 tahun sekali, tetap dijalankan di kampung tersebut.

Nyepi di Dusun Patoman. Foto: ngopibareng.id

Saat ini, Dusun Patoman Tengah memiliki 230 kepala keluarga, sebagian di antaranya bekerja di Bali namun kembali ke Banyuwangi saat hari raya keagamaan tiba. Meskipun tradisi keselong sudah mulai jarang dilakukan, warga generasi terbaru telah berbaur dengan masyarakat setempat. Mereka hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati perbedaan, menciptakan toleransi yang erat di antara mereka.

Di sisi pertanian, masyarakat setempat mengelola lahan untuk menanam cabai, padi, terong, kacang panjang, melon, dan kacang tanah. Hasil perkebunan gula kelapa dan panen buah kelapa dari Patoman juga turut memenuhi kebutuhan pasar di Surabaya dan Taiwan.

Desa Patoman diakui sebagai Kampung Pancasila oleh Letjen Teguh Muji Angkasa, karena di sanalah nilai-nilai Pancasila yang mampu menyatukan berbagai suku, agama, adat, dan ras di Indonesia dijunjung tinggi. Keberagaman agama dan budaya di Desa Patoman menjadi contoh harmonisasi yang patut dicontoh oleh kampung-kampung lain di seluruh Indonesia.

Letjen Teguh berharap generasi muda dapat mewarisi dan mempertahankan keharmonisan serta toleransi yang telah terjalin di Desa Patoman. Ia menekankan pentingnya menjaga keberagaman sebagai kekuatan bangsa, di mana perbedaan harus menjadi perekat yang menyatukan semua elemen masyarakat Indonesia

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like