HomeOutlookEducation & IssuesMasjid Heritage Ringin Agung: Jejak Islamisasi di Desa Bersejarah Keling

Masjid Heritage Ringin Agung: Jejak Islamisasi di Desa Bersejarah Keling

MTC MEDIA – Kediri. Tulisan yang pendek ini mencoba untuk menelisik Jejak Islamisasi di Desa Bersejarah Keling melalui keberadaan Masjid Heritage Ringin Agung.

Jejak Budaya di Keling Masa Hindu-Buddha

Demi mendengar sebutan “Keling” saya pun teringat Bhre (Bhattara i) Kling (baca ‘Keling’). Bhre Keling adalah penguasa pada kerajaan vasal Majapahit di sub-area timur-laut Kabupaten Kediri. Keling kini menjadi sebutan untuk sebuah desa pada wilayah Kecamatan Kepung, di lembah barat gunung berapi Kampud (nama kuno dari Gunung Kelud). Sebagai pusat kerajaan (kadatwan) vasal Majapahit (XIV-XVI Masehi), semestinya di areal ini terdapat jejak-jejak peradaban lama. Tulisan yang pendek ini mencoba untuk menelisiknya.

Warisan budaya Masa Hindu-Buddha yang kini masih kedapatan di desa Keling adalah (a) situs arung (saluran air bawah tanah), dawuhan (dam kuno), beserta weluran (saluran air di permukaan tanah), yang berada di Goa Jegles dan sekitarnya, (2) jambangan batu berkronogram tarikh Saka 1012 (1090 Masehi) era kerajaan Kadiri dan bata-bata kuno dari era Majapahit yang berlokasi sekitar Masjid Ringin Agung. Sangatlah mungkin masih terdapat jajak artefak era Hindu-Buddha lainnya di desa Keling yang masih terpendam cukup dalam oleh material vulkanik, lantaran desa ini berada di lembah gunung api Kelud.

Artefak dan Ekofak Era Perkembangan Islam di Keling

Kehidupan sosio-kultural di Keling yang terbilang subur ini berlanjut hingga memasuki masa perkembangan Islam. Salah satu petanda mengenai itu adalah masjid-makam bederta pondok tua Dusun Ringin Agung. Sesuai dengan topiniminya, dahulu di tempat ini terdapat pohon beringin (ringin) besar (agung), yang kini lokasinya menjadi tampak berdirinya bangunan masjid. Di sisi timur pohon beringin itu terdapat sumber air, yang kini dijadikan tempat pengambilan air wudlu (padasan). Situs Islam ini disabuki oleh sungai kecil di sisi selatan dan barat, yang tamannya terlihat membukit (gumukan) dari arah padang aliran kali.

Tempat pengambilan air wudlu (padasan). Foto: MTCMedia/Dwi Cahyono

Keberadaan lumpang batu berkronogram era Kadiri dan bata-bata kuno era Majapahit di areal ini memberikan petunjuk bahwa sebelum dijadikan sebagai tempat peribadatan Islam, telah terdapat jejak permukiman dari era Kadiri- Majapahit di area masjid-makam dan pondok pesantren Ringin Agung. Jika benar demikian, berarti situs Ringin Agung adalah situs arkeologi-sejarah “lintas masa”, sejak masa Hindu-Buddha, masa Pertumbuhan dan Perkembangan Islam, Masa Kolonial, hingga masa kini (Masa Kemerdekaan RI). Barangkali keberadaan darinya belum amat dikenal publik. Yang karena itulah, lewat tulisan ini, saya turut memperkenalkan ke publik.

Aliran kali di dekat Masjid Ringin Agung. Foto: MTCMedia/Dwi Cahyono

Selain masjid tua, pada situs ini juga terdapat makam Syaikh Nawawi yang disebut-sebagai pendiri masjid. Ada pula padasan (boleh jadi adalah eks patirthan dari era Hindu-Buddha), pondok pesantren, serta rumah tinggal pimpinan pondok dengan arsitektur bergaya Mantaraman dipadukan dengan gaya arsitektur Indis. Bangunan utama masjid beratap tumpang (meru susun tiga) ditambah dua set serambi beratap limasan di bagian depan masjid utama. Ada indikasi bahwa masjid Ringin Agung tidak dibuat sekali waktu, melainkan dua hingga tiga periode pembangunan dan revitalisasi.

Wajah teras Masjid Ringin Agung. Foto: MTCMedia/Dwi Cahyono

Sebelum era Syaikh Nawawi, bisa jadi sudah ada masjid kecil, yang kemudian (tahun 1800-an) arsitekstur masjid diperbesar serta dilengkapi dengan dua deret bangunan pesantren putra dan putri bergaya arsitektur Mantaraman, sehingga memiliki tata letak (layout) “landam kuda” atau serupa huruf “u”. Seperti umumnya, rumah tinggal pimpinan pondok (keluarga sentono) terletak di utara masjid. Rumah tinggal kyai yang lebih tua, dari bahan kayu bergaya Mantaraman digeser lebih ke utara. Pada halaman masjid ditanami sejumlah pohon sawo kecik, yang menjadi petanda kehadiran laskar Diponegoro pada penghujung Perang Jawa (1825-1830).

Wisata Religi di Desa Bersejarah Keling

Kini situs masjid-makam beserta pesantren Ringin Agung ini menjadi areal heritage era Perkembangan Islam. Fungsi lamanya sebagai tempat peribadatan dan pendidikan Islam terus berlanjut hingga kini. Selain itu sekaligus menjadi aset kutural dari Kabupaten Kediri, yang terbuka kemungkinan untuk bisa  dijadikan destinasi wisata religi. Terlebih lokasinya tak jauh dari areal wisata Goa Jegles yang kini tengah populer di Kediri Raya. Sumonggo berkenan untuk berkunjung kemari, meniliki jejak kesejarahan Keling, yang menjadi tempat penting di Kediri lintas masa.

Demikianlah tulisan ringkas tentang kesejarahan di Desa Keling, utamanya jejak islamisasi di Dusun Ringan Agung Desa Keling. Semoga memberikan kefaedahan. Nuwun.

Sangkaling, Griyajar CITRALRKHA, 24-3-2024

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like