HomeOutlookMenyelami Nostalgia dan Bahasa Walikan di Kedai Sebastien, Kayutangan

Menyelami Nostalgia dan Bahasa Walikan di Kedai Sebastien, Kayutangan

MTC MEDIAΒ – Malang. Industri kopi Kota Malang telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Industri kopi ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang mengunjungi Kota Malang, menambah nilai tambah bagi sektor pariwisata lokal. Terletak didalam sebuah gang di ramainya Kayutangan, terdapat sebuah kedai yang mengedepankan penggunaan bahasa walikan ini sebagai keunikannya. Kedai Sebastien namanya. Dalam perkembangannya, industri kopi ini pun juga berpotensi untuk sarana pengenalan budaya bagi wisatawan yang datang ke Kota Malang. Salah satu budaya yang lekat pada Kota Malang adalah bahasa walikan. Β 

Beralamat di Jalan Jenderal Basuki Rahmat, Gg. 08 No. 92, Oro-oro Dowo, kedai ini menawarkan konsep unik yaitu pemberian diskon sebesar 40% bagi para pelanggan yang memesan menu menggunakan bahasa walikan.Β 

Menggunakan bahasa walikan pun tidak sembarangan karena ada beberapa kata yang tidak bisa dibalik dan menggunakan kosakata yang berbeda. Namun para pengunjung yang datang tidak perlu khawatir karena disana sudah disediakan β€œRumus” dalam penggunaannya.Β 

Rumus Penggunaan Boso Walikan. Oleh: Nabilla

Penggunaan dari bahasa walikan ini merupakan gagasan yang diajukan oleh Pak Didik Sapari, konseptor dari kedai ini yang merupakan teman satu SMA dari pemilik kedai ini yaitu Pak Andre Sebastian. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk melestarikan bahasa walikan dan mengenalkannya pada generasi muda.

Selain menawarkan konsep unik tadi, Kedai Sebastien akan membawa anda dalam perjalanan nostalgia melalui desain bangunan dan segala ornamennya. Pak Andre bercerita bahwa dulunya tempat ini merupakan rumah masa kecilnya.Β 

Suasana di dalam Kedai. Oleh: Nabilla

Desain rumah lawas ini menggunakan arsitektur β€œRumah Jengki”, sebuah gaya arsitektur otentik dari Indonesia pasca kemerdekaan yang sayangnya sudah hilang dan tidak termasuk dalam cagar budaya.Β 

Dalam perjalanannya Pak Andre berkata bahwa dia ingin pengunjung yang datang kesana merasakan suasana seperti bertamu atau pulang ke rumah orangtua. Sebuah perasaan yang dia rasakan dulu saat masih kecil tinggal di dalam bangunan tersebut.Β 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like