HomeDestinationMalang Punya Warisan Budaya Takbenda
Malang

Malang Punya Warisan Budaya Takbenda

Malang punya Warisan Budaya Takbenda (WBTb)

MTCMEDIA-Malang. Kota Malang memang selalu punya cerita, mulai dari sejarah, culture, dan nature. Kota Malang diketahui menjadi bagian dari Kerajaan Kanjuruhan, dipimpin oleh Raja Gajayana. Namun, Kota Malang sendiri sudah ada dari abad ke-8 yang pada masa itu masih menjadi bagian dari Kerajaan Medang. Malang berasal dari kata “mala” (gunung) dan “ang” (air). Menandakan bahwa Kota Malang merupakan wilayah yang dikelilingi oleh gugusan gunung dan sumber mata air.

Letak geografis yang strategis, membuat Malang punya warisan budaya yang sampai saat ini masih terus eksis. Faktanya, dari 112 jumlah Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang diakui oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), 4 diantaranya berasal dari Malang.

Wayang Topeng Malang

Malang punya warisan budaya tak beda, yaitu Wayang Topeng Malang
Seniman dari sanggar Panji Asmoro Bangun-Malang membawakan tarian bertajuk Celeng Gamalung dalam Festival Tari Topeng 2021 di Taman Krida Budaya (Sumber: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc)

Jenis pertunjukan yang menampilkan lakon-lakon dari kisah Panji dan dianggap sebagai simbol persatuan serta harmoni. Wayang Topeng Malang telah ditetapkan sebagai WBTb Nasional sejak tahun 2014. Wayang Topeng Malang merupakan kesenian tradisional khas Malang, dengan ciri khas berupa seni pertunjukan drama tari yang menggunakan topeng sebagai media ekspresi.

Baca Juga: Grebeg Suro Produk Budaya Tak Lekang Usia: Malang Punya Warisan Budaya Takbenda

Sebagai bagian dari identitas budaya, Wayang Topeng Malang memiliki keunikan serta kisah tersendiri. Dipergunakan sebagai sarana upacara keagamaan dan kegiatan sakral pada awal munculnya. Kini Wayang Topeng Malang menjadi sebuah pertunjukan hiburan dan daya tarik wisata. Memiliki unsur warna dasar pada topeng, terdiri dari warna merah, putih, kuning, dan hitam. Dari perpaduan warna tersebut memiliki makna, seperti keberanian, kesucian, kedamaian, dan kebijaksanaan.

Diperkirakan Wayang Topeng Malang sudah ada di era Kerajaan Singasari. Kini Wayang Topeng Malang terus dijaga dan dipelihara oleh salah satu desa, yaitu Desa Kedungmonggo. Memiliki keterikatan secara historis dengan Wayang Topeng Malang, Desa Kedungmonggo selalu mempertunjukkan kesenian ini ketika melakukan upacara bersih desa.

Wayang Krucil Malangan

Wayang Krucil Malangan (Sumber: timesIndonesia.co.id)

Berasal dari Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, kesenian Wayang Krucil ini terus lestari. Tidak sedikit yang mengenal kesenian ini sebagai Wayang Klithik. Wayang Krucil memiliki ciri khas bentuk yang lebih kecil dibandingkan dengan wayang kulit pada umumnya. Bentuk kesenian ini telah resmi masuk dalam daftar WBTb Kabupaten Malang pada tahun 2016.

Wayang Krucil Malangan diperkirakan sudah memiliki usia lebih dari 100 tahun dan sempat populer pada tahun 1960-an. Proses pembuatan Wayang Krucil Malangan ini menggunakan bahan kayu pipih, berbeda dengan wayang kulit yang menggunakan kulit sebagai media pembuatannya. Saat pertunjukkan, Wayang Krucil Malangan sengaja tidak dibenturkan saat ada adegan perang, untuk menghindari kerusakan pada wayang.

Lakon yang biasa dibawakan dalam pertunjukkan Wayang Krucil Malangan ini berlatar cerita di zaman Panji Kudalelayan pada era Kerajaan Pajajaran. Selain itu, beberapa lakon juga diangkat dari era Prabu Brawijaya pada masa Kerajaan Majapahit. Tercatat bahwa bentuk original Wayang Krucil Malangan masih bisa ditemui di Desa Gondowangi. Jumlah dari Wayang Krucil Malangan sebanyak 75 buah, namun 3 diantaranya telah patah karena usia yang sudah tua. Sedangkan 72 buah lainnya masih utuh dan dapat dikenali kondisi aslinya. Walaupun telah dilakukan proses pewarnaan ulang, namun bentuk aslinya masih sama.

Wayang Kulit Gagrak Malangan

Wayang Kulit Gagrak Malangan (Sumber: mediaIndonesia.com)

Seni pertunjukan Wayang Kulit Gagrak Malangan ini memiliki ciri khas yang sedikit berbeda dengan pertunjukan wayang kulit pada umumnya. Khususnya pada iringan musik yang digunakan. Awalnya pertunjukannya menggunakan tiga titi laras, namun setelah ajaran Islam masuk beralih menggunakan lima titi laras. Wayang Kulit Gagrak Malangan juga mendapat julukan lain, yaitu Wayang Jekdong. Julukan ini muncul karena bunyi keprak dan kendang dengan bunyi “dong“. Selain itu, ada perbedaan bentuk visual dengan wajah wayang yang merah, tubuh relatif kecil, dan postur yang sedikit membungkuk.

Baca Juga: Negeri Di Atas Awan: Puncak B29: Malang Punya Warisan Budaya Takbenda

Pertunjukan Wayang Kulit Gagrak Malangan telah ada sejak era Kerajaan Sengguruh. Pertunjukan seni yang penuh nilai dan filosofi hidup ini, telah masuk dalam daftar WBTb pada tahun 2021. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk terus melakukan pelestarian dan pengembangan seni di era globalisasi saat ini.

Tari Beskalan

Pertunjukan Tari Beskalan (Sumber: timesIndonesia.co.id)

Pertunjukan seni tari yang berfungsi sebagai sarana ritual untuk meminta kesuburan tanah. Kini Tari Beskalan lebih umum ditampilan sebagai pertunjukan seni tari untuk penyambut tamu atau pembukaan acara. Menurut catatan sejarah, Tari Beskalan muncul pada abad ke-19 diciptakan oleh penari legendaris bernama Miskayah. Dengan diiringi musik gamelan Jawa, laras Slendro Tari Beskalan menggambarkan keagungan perempuan.

Tari Beskalan telah menjadi daftar WBTb sejak 2023. Daftar yang terbilang baru ini bisa menjadi concern bagi masyarakat Malang. Tari Beskalan yang diyakini telah menginspirasi terciptanya Tari Tayub dan Tari Remo, patut untuk terus dijaga eksistensinya. Diharapkan masyarakat bisa turut serta menjadi bagian dalam upaya pelestarian pertunjukkan Tari Beskalan.

Malang punya warisan budaya yang harus dijaga bersama-sama. Masyarakat kota Malang sudah seharusnya bangga bahwa warisan budaya ini sudah diakui secara nasional bahkan dunia.

Author

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like