Mbah Amad mengalungi penghargaan Bintang Gerilya. Foto: MTCMedia/Wira
HomeOutlookDestination CalendarKunjungan Mbah Amad ke Bromo, Saksi Hidup Perobekan Bendera di Hotel Yamato

Kunjungan Mbah Amad ke Bromo, Saksi Hidup Perobekan Bendera di Hotel Yamato

MTC MEDIA – Probolinggo. Sabtu, 11 Mei 2024. MTC Media berkesempatan bertemu dan wawancara eksklusif dengan seorang veteran perang yang menjadi saksi hidup perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya, seorang veteran yang melakukan kunjungan ke Bromo.

Ahmad atau dikenal dengan Mbah Amad, merupakan salah satu saksi hidup yang turut andil dalam insiden perobekan bendera Belanda di atas Hotel Yamato, Surabaya. Berusia sudah 103 tahun, fisik Mbah Amad nampak masih cukup bugar bahkan masih sanggup mengingat setiap peristiwa penting

Pertemuan tersebut diadakan di Hotel Yoschi, Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Kunjungan Mbah Amad ini dalam rangka silaturahmi kepada murid sekaligus anak angkatnya Digdoyo Djamaluddin atau dikenal sebagai Pakde Yoyok. 

Duduk bersama Pakde Yoyok, Mbah Amad bercerita dengan sangat jelas awal mula insiden perobekan bendera tersebut. Dalam ingatannya, tentara sekutu datang pada bulan September di Tanjung Perak. Mbah Amad kala itu menginap di rumah kawannya di Kedungsari karena tidak bisa pulang ke Mojokerto. 

Pada sebuah pagi di 19 September 1945, beliau dikagetkan dengan banyaknya kerumunan yang lari kearah timur sambil meneriakkan seruan untuk merobek bendera Belanda di Hotel Yamato.

Mbah Amad berpose dengan Pakde Yoyok memegang tongkat komando. Foto: MTCMedia/Wira
Mbah Amad berpose dengan Pakde Yoyok memegang tongkat komando. Foto: MTCMedia/Wira

Mbah Amad pun segera bergegas menuju lokasi dan sesampainya disana dia segera menyiapkan tangga bersama seorang yang bernama Soedirman. Saat tangga sudah siap sekitar 20 pemuda bergerombol menaiki tangga tersebut. Diantara dari mereka ada yang tewas tertembak. 

Namun saat sudah diatas, seorang pemuda ada yang berteriak jika tangga yang digunakan ternyata tidak cukup untuk sampai keatas. Akhirnya beberapa pemuda berinisiatif mencari tangga yang lebih panjang dan dibawa keatas. Seorang pemuda akhirnya berhasil merobek bendera tersebut.

Mbah Amad menegaskan ulang bahwa kejadian tersebut terjadi pada 19 September 1945, bukan pada 10 November 1945. Kejadian tersebut akan selalu dikenang oleh Mbah Amad, dan setiap tanggal 19 September Mbah Amad selalu melakukan tradisi tabur bunga di Hotel Yamato (kini bernama Hotel Majapahit). 

Mbah Amad mengalungi penghargaan Bintang Gerilya. Foto: MTCMedia/Wira
Mbah Amad mengalungi penghargaan Bintang Gerilya. Foto: MTCMedia/Wira

Selama kunjungannya, Mbah Amad juga mengajarkan tentang kunci untuk memiliki umur yang panjang dengan menjaga 3 hal penting yaitu silaturahmi, sedekah dan akhlak yang baik.  Sang veteran berpesan kepada generasi muda untuk tidak melupakan sejarah dan menghormati yang lebih tua. 

β€œHormatilah orang tuamu, hormatilah gurumu dan hormatilah para leluhur bangsa yang sudah berjuang” kata Mbah Amad. 

β€œHindarilah penyakit masyarakat seperti kriminalitas dan narkoba, itu menyebabkan menghancurkan generasi muda sekarang. Ikuti arahan yang sudah ada dan taati Undang-Undang yang sudah dibentuk” sambung Mbah Amad menutup ceritanya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like