MTC MEDIA – Malang. Aspek “kelucuan (komis)” dalam sajian pertunjukan bisa dihadirkan baik dalam bentuk ujaran (lawakan atau dagelan), atau dapat juga dengan gerakan (tarian komis). Konon tidak sedikit tarian yang demikian ini dalam pertunjukan jalanan ataupun pertujukan di panggung hiburan, yang dilakukan untuk mencari nafkah (istilah arkais “ambarang”). Tujuannya untuk menghibur penonton. Salah satu pembukti arkaisitas (kekunoan) tarian komis yang demikian terpahat pada relief cerita “Mahakarmawibhangga” di teras I Candi Borobudur pada era kerajaan Mataram (abad IX Masehi).
Relief ini menggambarkan seseorang yang tengah menari dengan gerakan yang “dilucukan (komis)”. Instrumen (waditra) pengiringnya terbilang minimalis, yaitu hanyalah dua buah organ mulut (mouth organ). Tubuh penari dibongkokkan, dengan pantat ditarik ke belakang. Adapun gerak kaki dan tangan menggambarkan gerak yang lucu. Sajian tarinya cukup menghibur penonton, seperti terlihat pada ekspresi wajah para penonton yang tersenyum, bahkan ada yang bertepuk tangan.
Tarian ini disajikan di tempat terbuka (open space), entah di pinggir jalan atau di suatu tanah lapang. Apabila benar demikian, masuk dalam ka- tegori sajian “pertunjukan jalanan”, yang dilakukannya untuk mencari nafkah (ambarang). Pada sumber data tekstual, baik prasasti ataupun susastra dijumpai kata “men-men” atau sebutan lebih lengkap “pirus amirus men-men”. Boleh jadi kata ulang “men-men” kini disebuti dengan “amen (a+men)” atau “ngamen (ng+a+ men)”, yang dalam bahasa Jawa Kuna dan Tengahan dinamai pula “Ambarang”, yakni penyajian pertunjukkan untuk mencari nafkah.
Tarian yang memiliki aspek “kelucuan (komis)” hadir dari masa ke masa. Para badut tak sedikit yang sajikan gerak komis. Demikian juga tukang ndagel (pelawak) acap menyelingi ujaran atau dialog lucunya dengan gerak tari yang melucu pula. Adapun tujuannya jelas, yaitu untuk menghibur para pemirsa (rekreatif). Sajian hiburan yang lucu sejak dulu amat diminati oleh khalayak.
Demikian sekilas narasi relief tari yang komis. Tulisan ringkas dan bersahaja ini diungah dalam rangka memperingati “Hari Tari (Dance Day) sedunia”, yang jatuh pada hari Senin 29 April 2024. Nuwun..
Griyajar CITRALEKHA, 29 April 2024